POJOK INFORMASI


TERBARU

Keluarga TKI


Namanya Darwinah, biasa dipanggil winah, anak ke 6 dari 7 bersaudara ini sejak umur 3 tahun sudah menjadi ayah Winah meninggal dunia.

Sejak kecil Winah sudah terbiasa mandiri, kelas 4 SD Winah sudah bekerja di sebuah pabrik krupuk udang yang kebetulan tempatnya disebelah desa Winah, setiap jam 01.00 WIB malam Winah bangun dan berangkat ke pabrik tersebut dan pulang jam 06.00 WIB pagi karena harus bersiap-siap untuk berangkat kesekolah, pulang sekolah Winah pun harus berjualan es keliling kampong.

Rutinitas itu tiap hari Winah lakukan karena ingin bersekolah dan membantu ibu Winah yang hanya seorang buruh tani.

Setelah lulus SMP Winah sudah merasa capek melakukan aktivitas berat seperti itu dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan ke sekolah SMA, tetapi lebih memilih bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga. Tiga tahun kemudian Winah berfikiran untuk kerja ke luar negeri yaitu Singapuraa, selang satu bulan dihabiskan Winah di penampungan TKI untuk kemudian bertolak ke Singapuraa.

Bayangan Winah di Singapura Winah bisa bekerja dan menghasilkan uang banyak untuk membahagiakan orang tua tetapi justru sebaliknya, Winah disana mendapatkan majikan yang sangat jahat yang setiap hari bisanya menyiksa Winah sehingga pada bulan kelima Winah bekerja disana Winah memutuskan untuk pulang kembali ke tanah air.

Selang beberapa saat, tepatnya pada tahun 2014 Winah memutuskan untuk kembali menjadi TKI, kali ini Winah memilih Hongkong sebagai negara tujuan. Dengan impian yang sama yaitu membahagiakan orang tua.

Di Hongkong Winah bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang bertugas menjaga Anak usia 2 tahun dan 10 tahun didaerah Tsuen Wan.

Kehidupan di Hongkong sangat menyenangkan, selain bekerja sebagai pembantu rumah tangga, winah juga mengisi waktu luangnya dengan mengaji, mengajar membaca Al-Qur’an, serta berdakwah di masjid.

Hingga suatu hari Winah diberi tangtangan oleh Bapak Kyai. H. Muhaimin Kariim (pemuka agama Islam di Hongkong) untuk membuat organisasi Indramayu dan Cirebon, organisasi ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi TKI yang berasal dari Cirebon agar dapat memperbaiki imagenya.

Sejak Winah mendirikan organisasi Iwamic kesibukan Winah bertambah,selain da’wah setiap minggu, Winah juga secara rutin bertemu dengan rekan-rekan Iwamic setiap minggunya dan diisi dengan berbagai kegiatan positif seperti belajar mengajar AlQur’an dan kegiatan advokasi.

Kehidupan Winah di Hongkong bukannya tanpa halangan, beberapa kejadian yang tidak mengenakkan juga pernah dialami selama menjalani waktunya sebagai TKI dan pendakwah di Singapura. Pada suatu kesempatan saat Winah mengisi suatu kajian di daerah Tin Hau, ada yang dengan sengaja mencampurkan minuman keras ke dalam minuman Winah. Namun beruntung minuman ini tidak sampai dikonsumsi oleh Winah, karena pada setiap kesempatan ada asisten yang selalu mendampingi Winah dalam setiap kesempatan, dan asisten inilah yang menyadari keanehan pada minuman Winah.

Empat tahun sudah Winah tinggal dan bekerja di Hongkong, tidak terasa sudah tiba saatnya Winah harus pulang ketanah air dan mempraktekan ilmu-ilmu yang sudah di himpun selama bekerja di Hongkong.

Pada tahun 2008 Winah pulang ke Indonesia untuk menunaikan cita-cita Winah yaitu Kuliah. Tidak lama setelah pulang ke Indonesia, Winah memutuskan untuk menikah.

Hidup bahagia dan mempunyai keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah sudah tentu menjadi keinginan setiap orang bagitu juga dengan Winah dan suami. Tapi untuk mencapai semua itu dibutuhkan perjuangan, ketika berumah tangga ini godaan menerpa.

Alhamdulillah dua bulan setelah menikah Winah positif hamil dan awal setelah Winah menikah Winah bekerja sebagai pengajar di Balai Latihan Kerja Luar Negeri di Jakarta tapi tidak berlangsung lama karena setelah melahirkan anak pertama, suami meminta Winah untuk berhenti dan fokus mengurus anak. Kemudian Winah mengontrak rumah di Indramayu karena suami dinas di RSUD Sentot Indramayu sebagai Tenaga perawat diruang Operasi.

Tinggal dirumah kontrakan membuat Winah kaget, lingkungan sekitar kontrakan yang kurang baik membuat Winah sedih, karena setiap hari anak-anak sekitar kontrakan membuang waktunya untuk bermain playstation, bermain bilyar , dan bahkan ada yang berjudi.

Winah mencari cara untuk memperbaiki keadaan, akhirnya dengan ijin suami Winah menjadikan rumah kontrakan sebagai sarana belajar mengaji untuk anak-anak.

Santri yang mengaji terus bertambah hingga akhirnya rumah kontrakanpun tidak muat untuk menampung anak-anak yang mau belajar mengaji, bahkan tempat bermain Play Station dan tempat perjudian pun gulung tikar alias bangkrut.

Waktu berjalan hingga akhirnya seorang dermawan bermaksud untuk menyedekahkan tanahnya sebagai pengganti ruang belajar yang sudah terlalu sempit.

Dengan menggadaikan SK kerja suami Winah mendapatkan pinjaman dari Bank dan beberapa bantuan dari rekan-rekan, Winah dan Suami membangun Rumah Tahfidz bagi santri-santrinya. Namun kembali Winah diuji karena pemilik tanah menginginkan kembali tanahnya untuk dikembalikan, dan terpaksa meninggalkan bangunan yang sudah dengan susah payah dibangun. Beruntung keesokan harinya Winah diberi bantuan dana untuk membangun kembali Rumah Tahfidz nya oleh Direktur PPPA Darul Qur’an, bantuan lain pun berdatangan dari berbagai penjuru hingga akhirnya dapat dibangun Rumah Tahfidz yang baru di tanah yang kini dimiliki sendiri oleh Winah.

Namun kesulitan kembali datang, masyarakat menyangsikan sumber pendanaan pembangunan Rumah Tahfidz nya, banyak yang memfitnah Winah menjual anak santrinya.

Setelah 3 tahun berselang banyak airmata yang sudah tertumpah, demi mempertahankan Rumah Tahfidz. Ibu kandung Winah juga jatuh sakit karena memikirkan nasib Winah yang terus menjadi difitnah masyarakat sekitar, hingga saat menulis cerita inipun Winah masih meneteskan airmata jika teringat kejadian saat itu.

Alhamdulillah seiring berjalannya waktu Winah dan keluarganya semakin kuat dan terbiasa dengan berita-berita tentang keluarganya. Hal yang paling menguatkan Winah saat mengahadi cobaan ini tidak lain adalah santri penghafal Qur’an yang senantiasa mendoakan Winah dan keluarganya.

Selain itu Winah juga seorang wirausahawan, Winah memproduksi beberapa snack yang diproduksi sendiri dan menjadi agen busana muslim. Usaha ini dirintis untuk menbiayai operasional Rumah Tahfidz serta melunasi hutang yang menumpuk akibat pembangunan Rumah Tahfidz yang kedua.

Hingga kini Winah sudah mulai memasarkan snack dan busana muslimnya secara online, sudah ada 6 reseler yang bekerjasama dengan Winah. Bahkan suaminya pun mengundurkan diri dari pekerjaanya sebagai perawat RSUD Sentot Indramayu untuk bekerja di Klinik Swasta agar bisa lebih banyak waktu untuk mengembangkan bisnis dan Rumah Tahhfidz bersama Winah.

Penghargaan pun diperoleh Winah akibat usahanya yang tak kenal lelah ini. Penghargaan TKI PURNA AWARD diberikan oleh Gubernur Jawa Barat bpk.Ahmad Heriawan Tahun 2012, Apresiasi dari Dompet Dhuafa sebagai Pejuang DEVISA Tahun 2013, serta Apresiasi dari BNP2TKI. Sejak saat itu semakin besar peluang bagi Winah untuk berbuat lebih banyak kebaikan.

Hingga akhinya dompet dhuafa mendirikan organisasi Keluarga Migran Indonesia (KAMI) lewat Migrant Instute Dompet Dhuafa, jangkauan dakwah Winah pun semakin luas baik dengan TKI yang masih aktif bekerja diluar negeri maupun TKI purna di Indonesia. Selain itu Winah juga dipercaya beberapa dinas terkait untuk menjadi motivator bagi TKI purna dan keluarganya sebagai TKI Sukses.

Pada bulan Agustus 2016, Winah kembali memperoleh apresiasi dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak atas perjuangan Winah yang bangkit dari menjadi korban human trafficking di hongkong hingga kini menjadi TKI purna yang sukses dan senantiasa membantu orang lain.

Bagi Winah, sukses bukan berarti kaya dan punya segalanya, melainkan bisa bertahan hidup di Indonesia setelah pulang dari Hongkong dan membangun kehidupan bersama suami, anak, serta orang tua tanpa berfikir untuk pergi keluar negeri lagi walaupun masalah demi masalah datang menghampiri tetapi jika kita Winahukuri pasti banyak lebihnya seperti janji Allah azza wajallah “….Barangsiapa yang berWinahukur nikmatnya akan ditambah…”

Alhamdulilah buah manis dari perjuangan Winah, kini Winah punya segalanya yang diimpikan, suami yang baik, anak yang soleh dan sholehah, Rumah Tahfidz yang terus berkembang, tempat tinggal yang nyaman, serta mobil untuk keluarga.

Bahkan kini kesibukan Winah ditambah saat menerima kepercayaan dari BNI sebagai instruktur pemberdayaan ekonomi di Rumah Edukasi BNI yang berlokasi di Indramayu.